Entri Populer

Senin, 17 Oktober 2011

PTS BAB 4


BAB IV
HASIL TINDAKAN

A. Deskripsi Kondisi Awal
1.   Data Minat Menyusun Silabus
Menyusun silabus merupakan sebagian dari tugas guru yang sangat pokok sebelum melaksanakan proses belajar mengajar. Di SMA Al-Muayyad Surakarta tugas menyusun silabus bagi setiap guru selalu menjadi bahasan pada rapat kerja setiap awal tahun pelajaran. Walaupun demikian belum semua guru dapat membuat silabus sesuai dengan harapan baik secara aturan maupun kwantitasnya. Dari 27 guru yang menyusun silabus kebanyakan dengan jalan copy paste dari internet atau sekolah lain, sehingga tidak disesuaikan dengan kondisi siswa dan sekolah yang ada, bahkan masih ada guru yang menyusun silabus asal-asalan saja. Dari proses pembuatan silabus seperti ini menunjukkan bahwa masih rendahnya minat guru SMA Al-Muayyad Surakarta dalam menyusun silabus sesuai dengan aturan yang ada. Selama ini kondisi seperti tersebut di atas selalu dimaklumi karena dari mulai berdiri tahun 1992 sampai dengan tahun 2007 semua guru SMA Al-Muayyad Surakarta merupakan guru tidak tetap yayasan yang berasal dari berbagai profesi dan disiplin ilmu. Selama kurun waktu tersebut, jumlah guru yang dari keguruan hanya sekitar sepertiganya, dan yang lain dari berbagai profesi, antara lain: seniman, pengusaha, wartawan, sarjana teknik, sarjana pertanian dan juga dokter. Kondisi ini menimbulkan ketidak-disiplinan guru dalam pemenuhan administrasi belajar mengajar. Walaupun mulai tahun 2007 berangsur ada perubahan dalam komposisi guru di SMA Al-Muayyad, namun masalah administrasi guru masih terbawa sampai sekarang. Dari 27 guru 9 di antaranya PNS (33,33 %), sedangkan yang bersertifikat pengajar (Akta IV) mencapai sebanyak 24 orang (88,89 %). Namun demikian belum mengubah keadaan dalam pemenuhan administrasi guru. Salah satu di antaranya adalah masalah menyusun silabus.  Dengan kondisi tersebut,  sekolah mulai menanta dengan mengirimkan guru ke forum-forum ilmiah, misalnya: seminar, lokakarya, workshop, bahkan MGMP seakan menjadi kewajiban, namun belum mengubah keadaan. Hal ini dimaklumi karena mengenai penyusunan silabus hanya dibahas dalam rapat koordinasi pada awal tahun pelajaran atau pada awal semester saja. Artinya Kepala Sekolah belum melaksanakan pembinaan akademik secara khusus dalam pembuatan silabus sampai dengan tahun 2010. Belum dilaksanakannya pembinaan ini karena banyak beban dalam bentuk materi pelajaran dan jumlah jam pelajaran setiap minggunya sebagai ketetapan dari Yayasan, yaitu 17 Mata pelajaran pokok dan 5 mata pelajaran kesantrian dengan 54 jam pelajaran per minggu serta mata pelajaran Diniyah per hari sebanyak 2 jam pelajaran. Sehingga sangat sulit mencari waktu untuk pembinaan kepada guru kecuali sebatas dalam rapat-rapat yang sudah dijadwalkan untuk kegiatan-kegiatan yang sangat penting, misalnya: persiapan semesteran, Ujian Nasional, awal tahun dan akhir tahun. Sebagaimana terlihat dalam gambar di bawah ini, adalah suasana rapat awal tahun, guru-guru mendengarkan himbauan kepala sekolah untuk menyusun silabus.
Gambar : 3
Rapat Awal Tahun Pelajaran 2011/2012

Dengan himbauan saja tidak dapat mendorong antusian guru menyusun silabus, artinya minat menyusun silabus masih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: belum pahamnya guru tentang seluk beluk penyusunan silabus dan kurang mengertinya guru mengenai fungsi dan manfaat silabus,  sehingga guru tidak semangat menyusun silabus yang berdampak pada minat guru menyusun silabus rendah. Dengan rendahnya minat menyusun silabus, maka produk silabus yang disusun oleh guru banyak yang belum memenuhi standar yang baku sebagaimana tercantum dalam Panduan Pengembangan Silabus dari BSNP.
2.   Data Kemampuan Menyusun Silabus
Menyusun silabus merupakan sebagian dari tugas guru yang sangat pokok sebelum melaksanakan proses belajar mengajar. Di SMA Al-Muayyad Surakarta tugas menyusun silabus bagi setiap guru selalu menjadi bahasan pada rapat kerja setiap awal tahun pelajaran. Walaupun demikian belum semua guru dapat membuat silabus sesuai dengan harapan baik secara aturan maupun kwantitasnya. Dari 27 guru kebanyakan menyusun silabus dengan jalan copy paste dari internet atau sekolah lain, sehingga tidak disesuaikan dengan kondisi siswa dan sekolah yang ada, bahkan masih ada guru yang asal-asalan dalam menyusun silabus.
Dari proses pembuatan silabus seperti ini menunjukkan bahwa masih rendahnya kemampuan guru SMA Al-Muayyad Surakarta. Selama ini kondisi seperti di atas selalu dimaklumi karena mulai berdiri tahun 1992 sampai dengan tahun 2007 semua guru SMA Al-Muayyad Surakarta merupakan guru tidak tetap Yayasan yang berasal dari berbagai profesi dan disiplin ilmu. Selama kurun waktu tersebut, jumlah guru yang dari keguruan hanya sekitar sepertiganya, dan yang lain dari berbagai profesi, antara lain: seniman, pengusaha, wartawan, sarjana teknik, sarjana pertanian dan juga dokter. Kondisi ini menimbulkan ketidakdisiplinan guru dalam pemenuhan administrasi belajar mengajar. Walaupun mulai tahun 2007 berangsur ada perubahan dalam komposisi guru di SMA Al-Muayyad, namun masalah administrasi guru masih terbawa sampai sekarang. Perubahan komposisi yang dimaksud adalah dari 27 guru 9 di antaranya PNS (33,33 %), sedangkan yang bersertifikat pengajar (Akta IV) mencapai sebanyak 24 orang (88,89 %). Namun demikian belum mengubah keadaan dalam pemenuhan administrasi guru. Satu di antaranya adalah masalah menyusun silabus. Dalam penyusunan silabus, guru SMA Al-Muayyad kebanyakan menyusun silabus dengan cara copy paste dari hasil workshop Lembang atau yang sejenis dengan diubah nama sekolah sebanyak 9 orang (33,33 %), ada yang copy print out sekolah lain dengan diganti nama sekolah sebanyak 2 orang (7,41 %). Sedangkan yang lainnya asal membuat membuat. 
Dengan kondisi tersebut sekolah, mulai menanta dengan mengirimkan guru ke forum-forum ilmiah, misalnya: seminar, lokakarya, workshop, bahkan MGMP seakan menjadi kewajiban, namun belum mengubah keadaan. Hal ini dimaklumi karena mengenai penyusunan silabus hanya dibahas dalam rapat koordinasi pada awal tahun pelajaran atau pada awal semester saja. Artinya Kepala Sekolah belum melaksanakan pembinaan akademik secara khusus dalam pembuatan silabus sampai dengan tahun 2010. Belum dilaksanakannya pembinaan ini karena banyak beban dalam bentuk materi pelajaran dan jumlah jam pelajaran setiap minggunya sebagai ketetapan dari Yayasan, yaitu 17 Mata pelajaran pokok dan 5 mata pelajaran kesantrian dengan 54 jam pelajaran per minggu serta mata pelajaran Diniyah per hari sebanyak 2 jam pelajaran. Sehingga sangat sulit mencari waktu untuk pembinaan kepada guru kecuali sebatas dalam rapat-rapat yang sudah dijadwalkan untuk kegiatan-kegiatan yang sangat penting, misalnya: persiapan semesteran, Ujian Nasional, awal tahun dan akhir tahun.
Dari dokumen awal kemampuan menyusun silabus guru SMA Al-Muayyad Surakarta tercatat data sebagai berikut:
Tabel: 2
Tabel Kemampuan Menyusun Silabus Kondisi Awal
No.
Kemampuan
Skore Kemampuan
1.
Kemampuan tertinggi
70
2.
Kemampuan terendah
40
3.
Kemampuan rerata
64

Apabila dibuat diagram, maka akan tampak gambar sebagai berikut:
Gambar: 4
Diagram Kemampuan Menyusun Silabus Data Awal

Rendahnya kemampuan menyusun silabus ini lebih disebabkan kurang memperhatikan panduan pengembangan silabus, sehingga tidak mengadopsi begitu saja, namun perlu disesuaikan dengan kondisi siswa dan kondisi sekolah.
Dilihat dari interval nilainya, kemampuan menyusun silabus guru kondisi awal ini akan tampak pada tabel dan diagram di bawah ini:
Tabel: 3
Tabel Kemampuan Menyusun Silabus Kondisi Awal Interval Nilai
No.
Interval Nilai Kemampuan
Frekwensi Nilai Kemampuan
1.
40 – 49
2
2.
50 – 59
2
3.
60 – 69
18
4.
70 – 79
5

Data tersebut apabila dibuat bagan akan tampak seperti gambar di bawh ini:

Gambar: 5
Diagram Kemampuan Menyusun Silabus Data Awal

Dari table dan diagram di atas terlihat kebanyakan  kemampuan menyusun silabus guru SMA Al-Muayyad Surakarta pada kisaran 60 sampai dengan 69. Maka tidak salah apabila ada upaya untuk menaikkannya. Salah satunya peneliti mencoba dengan melakukan pembinaan akademik pada siklus 1 dan siklus 2.

B.  Deskripsi Hasil Siklus 1
1.   Perencanaan Tindakan
a. Appersepsi (10 menit)
1)    Sesuai dengan aturan Yayasan, tempat duduk guru dibedakan antara putra dan putri.
2)   Kemudian peneliti menyampaikan secara umum hasil pemeriksaan admnistrasi PBM yang sudah dilakukan sebelumnya. Khususnya berapa guru yang menyusun silabus dengan mengadopsi saja dan yang asal-asalan, bagaimana penilaian umum tentang silabus yang disusun guru (berapa yang memenuhi standar, berapa yang belum, dan sebagainya).
3)    Dengan data hasil pemeriksaan administrasi PBM ini, diadakan tanya jawab tentang pentingnya silabus bagi kelancaraan dan ketepatan proses belajar mengajar.
4)   Peneliti menyampaikan pentingnya menyusun silabus yang baik an benar sesuai dengan aturan, kondisi siswa dan sekolah.
5)    Peneliti menyampaikan bahwa pada hari ini akan dilaksanakan pembinaan akademik secara klasikal tentang minat dan kemampuan menyusun silabus bagi guru SMA Al-Muayyad Surakarta.
b.   Kegiatan Inti (70 menit)
1)   Peneliti menyampaikan presentasi tentang pengembangan silabus, yang meliputi:
a)   Pengembangan Silabus:
(1)   Pengertian Silabus
(2)   Prinsip Pengembangan Silabus
(3)   Unit Waktu Silabus
(4)   Pengembangan Silabus
(5)   Komponen-komponen Silabus.
b)   Langkah-langkah Pengembangan Silabus:
(1)   Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
(2)   Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
(3)   Melakukan Pemetaan Kompetensi
(4)   Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
(5)   Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
(6)   Penentuan Jenis Penilaian
(7)   Menentukan Alokasi Waktu
(8)   Menentukan Sumber Belajar
(9)   Contoh Silabus
2)   Peneliti mengadakan tanya jawab dengan guru tentang hal-hal yang belum jelas mengenai penyusunan silabus yang di atas.
3)   Guru berkelompok sesuai dengan kelompok mata pelajaran untuk berdiskusi mengenai kekhususan-kekhususan masing-masing dalam penyusunan silabus.
4)   Guru latihan menyusun silabus sesuai dengan mata pelajaran dan SK dan KD masing-masing.
c. Penutup (10 menit)
Peneliti bertanya kepada guru tentang kesulitan yang dihadapi yang belum terpecahkan dari kegiatan inti di atas.
Peneliti memberi tugas menyusun silabus sesuai dengan pedoman dan aturan yang  baku.
Pembinaan di akhiri dengan ucapan terima kasih atas perhatian Bapak dan Ibu guru secara diciptakan konsensus bersama untuk meningkatkan minat dan kemampuan menyusun silabus mulai semester ini.

2.   Pelaksanaan Tindakan
a. Appersepsi (10 menit)
1)    Disebabkan oleh keberadaan SMA Al-Muayyad Surakarta berada di lingkungan pondok pesantren Al-Muayyad, maka tempat duduk guru dan murid dipisah antara putra dan putri. Oleh sebab itu dengan menyesuaikan  aturan Yayasan, tempat duduk guru dibedakan antara putra dan putri,  sebagaimana terlihat guru putri di depan sebelah kiri peneliti sedangkan guru putra di depan sebelah kanan.
Gambar: 6
Guru Putri dan Guru Putra Duduknya Terpisah

2)   Peneliti menyampaikan secara umum hasil pemeriksaan administrasi PBM yang sudah dilakukan sebelumnya. Khususnya berapa guru yang menyusun silabus dengan mengadopsi saja dan berapa guru yang menyusun silabus dengan asal-asalan, serta penilaian umum tentang silabus yang disusun guru (berapa yang memenuhi standar, berapa yang belum, dan sebagainya).
3)    Dengan data hasil pemeriksaan administrasi PBM ini, diadakan tanya jawab tentang pentingnya silabus bagi kelancaraan dan ketepatan proses belajar mengajar.
4)   Peneliti menyampaikan pentingnya menyusun silabus yang baik dan benar sesuai dengan aturan, kondisi siswa dan sekolah.
5)    Peneliti menyampaikan bahwa pada hari ini akan dilaksanakan pembinaan akademik secara klasikal tentang minat dan kemampuan menyusun silabus.
c.    Kegiatan Inti (70 menit)
1)   Peneliti menyampaikan presentasi tentang pengembangan silabus, yang meliputi:
a) Pengembangan Silabus:
(1)   Pengertian Silabus
(2)   Prinsip Pengembangan Silabus
(3)   Unit Waktu Silabus
(4)   Pengembangan Silabus
(5)   Komponen-komponen Silabus.
b) Langkah-langkah Pengembangan Silabus:
(1)   Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
(2)   Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
(3)   Melakukan Pemetaan Kompetensi
(4)   Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
(5)   Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
(6)   Penentuan Jenis Penilaian
(7)   Menentukan Alokasi Waktu
(8)   Menentukan Sumber Belajar
(9)   Contoh Silabus.
Pada kegiatan ini guru tampak sangat antusias memperhatikan presentasi pengembangan silabus dari peneliti. Hal ini merupakan indikasi adanya minat guru.
Gambar: 7
Guru Antusias Mengikuti Presentasi Mengenai Penyusunan Silabus

2)   Peneliti mengadakan tanya jawab dengan guru tentang hal-hal yang belum jelas mengenai penyusunan silabus dari presentasi di atas. Dari beberapa pertanyaan guru, sebagian mengarah kepada apa manfaat menyusun silabus, bagaimana jika silabus tidak disusun saja karena sangat memberatkan administrasi guru, sebab tugas utama guru mengajar, yang penting nilai siswa bagus, dan sebagainya. Hal ini banyak diungkapkan oleh guru-guru yang tidak memiliki latar belakang keguruan atau guru non PNS, sebagaimana terwakili oleh seorang guru dalam gambar di bawah ini.
Gambar: 8
Seorang Guru Lulusan Mesir sedang Bertanya Mengenai Penyusunan Silabus

Selain itu tampak juga seorang guru bertanya bagaimana jika silabus itu mengadopsi saja dari sekolah lain, dan dikerjakan oleh petugas khusus. Artinya silabus disusun untuk pemenuhan admistrasi saja terutama untuk kebutuhan akreditasi. Inti dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah guru merasa keberatan dengan tugas administrasi. Sebagimana disampaikan oleh guru berikut:
Gambar: 9
Seorang Guru Putri Sedang Menyampaikan Pertanyaan

Keberatan mereka sebenarnya juga beralasan, salah satunya karena status mereka sebagai guru tidak tetap yayasan yang kesejahteraan dan masa depannya belum menjamin. Untuk itu perlu disadarkan dan diberikan gambaran secukupnya, sebab boleh jadi hal ini akan menjadi faktor dominan rendahnya minat guru menyusun silabus.
3)   Guru berkelompok sesuai dengan kelompok mata pelajaran untuk berdiskusi mengenai kekhususan-kekhususan masing-masing dalam penyusunan silabus.
Pada kegiatan ini dibentuk 5 kelompok, yaitu:
Kelompok 1 : guru-guru MIPA yang meliputi; guru Matematika, guru Kimia, guru Fisika, dan guru Biologi.
Kelompok 2 : guru-guru IPS yang meliputi; guru Ekonomi, guru Sejarah, guru Sosiologi, dan guru PKn.
Kelompok 3 : guru-guru Bahasa yang melputi; guru Bahasa Indonsia, guru Bahasa Inggris, guru Bahasa Jawa, dan guru Bahasa Arab.
Kelompok 4 : guru-guru Agama yang meliputi; guru PAI, guru dan Muatan Lokal Kesantrian.
Kelompok 5 : guru-guru Kesenian, Olah raga dan Ketrampilan,yang meliputi; guru kesenian plus guru Qiro’ah, guru Kaligrafi, guru Rebana, guru Olah Raga Jasmani dan Kesehatan, guru Ketrampilan.

Kelima kelompok dengan mengambil/memilih tempat sendiri-sendiri, kemudian melakukan diskusi. Diskusi diarahkan kepada kekhususan masing-masing kelompok mata pelajaran, baik mengenai materi, metode dan lain sebagainya. Di bawah ini gambar jalannya diskusi kelompok tersebut:
Gambar: 10
Diskusi Kelompok Mata Pelajaran MIPA

Diskusi yang lain terlihat kelompok mata pelajaran IPS. Kelompok ini sedang mendata metode dan sistem penilaian yang sesuai dengan kondisi siswa, sekolah dan pondok pesantren.
Gambar: 11
Diskusi Guru Mata Pelajaran IPS dan PKn
Kelompok guru PAI ini serius berdiskusi tentang bagaimana keterpaduan materi PAI dengan mata pelajaran lain, misalnya: antara Fiqih bab janazah dengan kimia, hukum jual beli dengan ekonomi, dan sebagainya.
Gambar: 12
Diskusi Guru Mata Pelajaran PAI

4)   Guru latihan menyusun silabus sesuai dengan mata pelajaran, SK dan KD masing-masing.
Setelah kegiatan diskusi kelompok mata pelajaran selesai, guru-guru kembali berkumpul di aula dan kegiatan dilanjutkan dengan latihan menyusun silabus sesuai aturan yang baku dan kekhususan masing-masing. Tampak dalam gambar beberapa guru sedang menelaah SK dan KD dengan semangat.
Gambar: 13
Guru latihan menyusun silabus


c. Penutup (10 menit)
Peneliti bertanya kepada guru tentang kesulitan yang dihadapi yang belum terpecahkan dari kegiatan inti di atas.
Peneliti memberi tugas menyusun silabus sesuai dengan pedoman dan aturan yang  baku.
Pembinaan di akhiri dengan ucapan terima kasih atas perhatian Bapak dan Ibu guru secara diciptakan konsensus bersama untuk meningkatkan minat dan kemampuan menyusun silabus mulai semester ini.




3.   Hasil Pengamatan
a.    Minat Menyusun Silabus
Setelah dilakukan pengamatan terhadap minat guru dalam menyusun silabus dengan lembar pengamatan minat menyusun silabus yang dikembangkan dari kajian teori di atas, terdapat tiga indikator minat yang kemudian dikembangkan menjadi 17 point, yaitu meliputi: 1) kecenderungan hati ada 7 butir,  2) Motivasi ada 5 butir, dan 3) Intensitas dan kwalitas sebanyak 5 butir. Dengan menggunakan skore 1, 2, dan 3 masing-masing butir, kemudian ditentukan kategori masing-masing  point A (kecenderungan hati), B (Motivasi) dan C (Intensitas dan kwalitas) dengan tiga kategori (tingi, agak tinggi, dan rendah). Selanjutnya dari tiga point tersebut hasilnya dirata-rata dengan tiga kategori , yaitu tingi, agak tinggi, dan rendah, maka didapat hasil agak tinggi. Kondisi ini didukung dengan aktifnya para guru dalam mendiskusikan penyusunan silabus, sebagaimana gambar di bawah ini.
Gambar: 14
Suasana Diskusi Guru Mata Pelajaran
b.   Kemampuan Menyusun Silabus
Setelah dilakukan test tertulis menyusun silabus kemudian dilakukan penilaian terhadap silabus yang disusun oleh guru dengan menggunakan lembar penilaian silabus yang dikembangkan dari landasan teori, selanjutnya dilakukan scoring terhadap 52 butir penilaian silabus, maka didapat nilai sebagai berikut:
Tabel: 4
Tabel Hasil Penilaian Kemampuan Menyusun Silabus Siklus 1
No.
Kemampuan
Skore Kemampuan
1.
Kemampuan tertinggi
79
2.
Kemampuan terendah
52
3.
Kemampuan rerata
68

Dari tabel di atas beberapa guru memiliki antara kemampuan 52 sampai dengan 79, dengan nilai rerata 68. Jika disajikan dalam bentuk diagram perolehan nilai kemampuan tersebut seperti berikut:

Gambar: 15
Diagram Hasil Kemampuan Menyusun Silabus Siklus 1
Dalam bentuk nilai interval, hasil kemampuan menyusun silabus pada siklus 1 ini terlihat dalam tabel berikut:
Tabel: 5
Tabel Hasil Penilaian Kemampuan Menyusun Silabus Siklus 1
No.
Interval Nilai Kemampuan
Frekwensi Nilai Kemampuan
1.
40 – 49
0
2.
50 – 59
4
3.
60 – 69
7
4.
70 – 79
16

Apabila dibuat diagram, maka tabel tersebut menjadi seperti di bawah ini.
Gambar: 16
Diagram Hasil Penilaian Kemampuan Menyusun Silabus Siklus 1

Dari diagram di atas kelihatan adanya pergeseran frekwensi yang tinggi pada bagian kanan beberapa point. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan menyusun silabus yang berada pada interval 70-79.

4.   Refleksi
a.    Minat Menyusun Silabus
Setelah data minat menyusun silabus kondisi awal dan siklus 1 dipaparkan  pada bagian hasil pengamatan di atas, maka kegiatan berikutnya adalah  data tersebut direfleksi dengan cara sebagai berikut:
Tabel: 6
Refleksi Data Minat Menyusun Silabus Kondisi Awal dan Siklus 1

No.
Kondisi Awal
Siklus 1
Refleksi
1
minat guru dalam menyusun silabus  sebelum dilakukan pembinaan akademik, rendah.
minat guru dalam menyusun silabus  setelah dilakukan pembinaan akademik secara klasikal, agak tinggi.
Melalui pembinaan akademik dapat meningkatkan minat guru dalam menyusun silabus dari kondisi awal ke siklus 1 meningkat dari rendah ke agak tinggi.

Kondisi awal sebelum dilakukan pembinaan akademik, minat guru dalam menyusun silabus rendah. Setelah dilakukan pembinaan akademik, ada peningkatan minat guru dalam menyusun silabus dari rendah ke agak tinggi, maka dapat disimpulkan melalui pembinaan akademik dapat meningkatkan minat menyusun silabus dari rendah ke agak tinggi.
 
b.   Kemampuan Menyusun Silabus
Adapun refleksi terhadap data kemampuan menyusun silabus kondisi awal dan siklus 1 dilakukan sebagai berikut:
Tabel: 7
Refleksi Data Kemampuan Menyusun Silabus Kondisi Awal dan Siklus 1

No.
Kondisi Awal
Siklus 1
Refleksi
1
Kemampuan menyusun silabus  sebelum dilakukan pembinaan akademik:
Nilai terendah 40
Nilai tertinggi 70
Nilai rerata 64
kemampuan menyusun silabus  setelah dilakukan pembinaan akademik:
Nilai terendah 52
Nilai tertinggi 79
Nilai rerata 68
Diskriptif –komparatif : kemampuan menyusun silabus: nilai terendah meningkat sebesar 12  persen dari 40 menjadi 52, nilai tertinggi meningkat 9 persen dari 70 menjadi 79, dan nilai rerata meningkat 4 persen dari 64 menjadi 68.
Refleksi: Melalui pembinaan akademik dapat meningkatkan kemampuan menyusun silabus dari kondisi awal ke siklus 1, nilai terendah meningkat sebesar 12  persen dari 40 menjadi 52, nilai tertinggi meningkat 9 persen dari 70 menjadi 79, dan nilai rerata meningkat 4 persen dari 64 menjadi 68.

Kondisi awal sebelum dilakukan pembinaan akademik, kemampuan guru menyusun silabus, nilai terendah 40, nilai tertinggi 70, dan nilai rerata 64. Setelah dilakukan pembinaan akademik, kemampuan  guru menyusun silabus, nilai terendah naik 12 persen menjadi 52, nilai tertinggi naik 9 persen menjadi 79 dan nilai rerata naik 4 prosen menjadi 68. Setelah dilakukan pembinaan akademik ada peningkatan kemampuan  menyusun silabus dari  nilai terendah 40 menjadi 52, dari nilai tertinggi 70 menjadi 79, dan dari nilai rerata 64 menjadi 68. Maka dapat disimpulkan melalui pembinaan akademik dapat meningkatkan kemampuan menyusun silabus nilai terendah 40 menjadi 52, dari nilai tertinggi 70 menjadi 79, dan dari nilai rerata 64 menjadi 68.

C. Deskripsi Hasil Siklus 2
1.   Perencanaan Tindakan
a. Appersepsi (5 menit)
1)   Sesuai dengan jadwal peneliti memanggil setiap guru.
2)   Setelah ngobrol secukupnya untuk menghantarkan kepada materi pembicaraan sekaligus menjalin keakraban, peneliti menyampaikan secara umum hasil penyusunan silabus pada pembinaan secara klasikal.
3)    Peneliti menyampaikan bahwa pada hari ini akan dilaksanakan pembinaan akademik secara individu tentang minat dan kemampuan menyusun silabus.
b.  Kegiatan Inti (20 menit)
1)    Peneliti menyampaikan komentar terhadap hasil dari tugas guru yang bersangkutan dalam kegiatan pembinaan klasikal, untuk menemukan bagian-bagian yang sudah sesuai panduan dan yang belum sesuai panduan pengembangan silabus.
2)   Peneliti menanyakan kepada guru tentang hal-hal yang belum dipahami tentang pengembangan silabus dan apa sebabnya, yang meliputi:
a) Pengembangan Silabus:
(1)   Pengertian Silabus
(2)   Prinsip Pengembangan Silabus
(3)   Unit Waktu Silabus
(4)   Pengembangan Silabus
(5)   Komponen-komponen Silabus.
b) Langkah-langkah Pengembangan Silabus:
(1)   Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
(2)   Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
(3)   Melakukan Pemetaan Kompetensi
(4)   Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
(5)   Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
(6)   Penentuan Jenis Penilaian
(7)   Menentukan Alokasi Waktu
(8)   Menentukan Sumber Belajar
(9)   Contoh Silabus
3)   Peneliti bersama guru merumuskan solusi dengan mengadakan tanya jawab tentang hal-hal yang belum jelas mengenai penyusunan silabus.
4)   Peneliti dan guru mengadakan kontrak untuk meningkatkan aktifitas dan hasil menyusun silabus sesuai dengan mata pelajaran dan SK dan KD masing-masing.
c. Penutup (5 menit)
Peneliti menyampaikan tugas menyusun silabus dan mengucapkan terima kasih serta mohon ma’af  kepada guru untuk mengakhiri pembinaan dengan memohon guru berkenan menyusun dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan aturan yang baku.

2.   Pelaksanaan Tindakan
a. Appersepsi (5 menit)
1)   Sesuai dengan jadwal peneliti memanggil setiap guru.
2)   Setelah ngobrol secukupnya untuk menghantarkan kepada materi pembicaraan sekaligus menjalin keakraban, peneliti menyampaikan secara umum hasil penyusunan silabus pada pembinaan secara klasikal.
3)   Peneliti menyampaikan bahwa pada hari ini akan dilaksanakan pembinaan akademik secara individu tentang minat dan kemampuan menyusun silabus.
Agar tidak mengganggu proses belajar mengajar, maka pembinaan akademik kepada guru pada siklus 2 ini dilaksanakan dengan menyesuaikan jadwal pelajaran, artinya pembinaan akademik dilakukan secara individu kepada guru yang tidak mengajar pada hari itu. Selain itu agar efektif, diatur satu hari maksimal dilakukan pembinaan kepada 3 guru yang waktunya yaitu pagi, setelah istirahat pertama, dan setelah istirahat kedua.
b.  Kegiatan Inti (20 menit)
1)    Peneliti menyampaikan komentar terhadap hasil dari tugas guru yang bersangkutan dalam kegiatan pembinaan klasikal, untuk menemukan bagian-bagian yang sudah sesuai panduan dan yang belum sesuai panduan pengembangan silabus. Gambar di bawah ini pembinaan individu kepada guru kimia yang mengajar juga fisika. Untuk mata pelajaran kimia tidak banyak masalah yang perlu dibenahi tinggal ditingkatkan, namun untuk mata pelajaran fisika ada beberapa komponen silabus yang perlu mendapatkan penekanan dalam pembinaan akademik ini. Hal ini dikarena ada perbedaan antara mata pelajaran kimia dengan fisika, walaupun dalam satu rumpun mata pelajaran MIPA. Oleh sebab itu dalam pengembangan indikator, metode, alat penilaian maupun materi dan sumber perlu mendapat pembinaan secara intensif. Akan tetapi karena motivasi dan semangatnya, maka hal itu tidaklah terlalu menjadi masalah yang serius bagi guru tersebut dalam tugas-tugas bagi guru ini.
Gambar: 17
Pembinaan Akademik Kepada Guru

Lain halnya dengan guru-guru yang memiliki latar belakang pendidikan non keguruan. Guru-guru seperti ini agak banyak mengalami masalah dalam tugas administrasi  termasuk menyusun silabus. Kesulitan yang dialami lebih disebabkan karena selama belajar/kuliah tidak pernah mendapatkan ilmu-ilmu sebagaimana dasar-dasar kependidikan, Proses Belajar Mengajar, dan lain sebagainya. Kepada guru-guru seperti ini pembinaan akademik yang dilakukan peneliti lebih detail dan lebih memakan waktu yang lama sebab bagi mereka beberapa komponen silabus belumlah dipahami secara mendalam. Sebagaimana guru TIK yang berlatar belakang sarjana syari’at Islam ini.
 
Gambar: 18
Pembinaan Akademik Secara Individu terhadap Guru

Demikian juga dengan guru-guru muda yang sangat energik dan aktif di masyarakat. Tugas menyusun silabus lebih dikesampingkan daripada tugas lain karena lebih menjanjikan masa depannya. Bagi mereka menyusun silabus cukup ”kopy paste”,  apalagi menurutnya tugas menyusun silabus hanya pemenuhan administrasi guru, sehingga cukup ditekankan kepada guru PNS dan guru-guru yang akan sertifikasi atau pemenuhan kebutuhan akreditasi saja. Berbeda dengan guru berikut ini, walaupun statusnya guru tetap yayasan namun sudah lulus sertifikasi melalui jalur PLPG. Sehingga ilmu yang diperoleh dari PLPG membuatnya lebih agak paham tentang menyusun silabus dibanding dengan guru-guru lainnya.
Gambar: 19
Pembinaan Akademik Secara Individu terhadap Guru

2)   Peneliti menanyakan kepada guru tentang hal-hal yang belum dipahami tentang pengembangan silabus dan apa sebabnya. Materi yang ditanyakan kepada guru ini meliputi materi:
a) Pengembangan Silabus:
(1)   Pengertian Silabus
(2)   Prinsip Pengembangan Silabus
(3)   Unit Waktu Silabus
(4)   Pengembangan Silabus
(5)   Komponen-komponen Silabus.
b) Langkah-langkah Pengembangan Silabus:
(1)   Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
(2)   Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
(3)   Melakukan Pemetaan Kompetensi
(4)   Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
(5)   Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
(6)   Penentuan Jenis Penilaian
(7)   Menentukan Alokasi Waktu
(8)   Menentukan Sumber Belajar
(9)   Contoh Silabus
3)   Peneliti bersama guru merumuskan solusi dengan mengadakan tanya jawab tentang hal-hal yang belum jelas mengenai penyusunan silabus. Dalam kegiatan ini, guru diberi kebebasan menyampaikan semua keluhannya untuk dicari solusi, sehingga menyusun silabus menjadi tugas wajib yang tidak memberatkan guru, serta dapat maksimal sesuai dengan pedoman yang baku.
4)   Peneliti dan guru mengadakan kontrak untuk meningkatkan aktifitas dan hasil menyusun silabus sesuai dengan mata pelajaran dan SK dan KD masing-masing.
c. Penutup (5 menit)
Peneliti menyampaikan tugas menyusun silabus dan ucapan terima kasih serta mohon ma’af  kepada guru untuk mengakhiri pembinaan dengan memohon guru berkenan menyusun dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan aturan yang baku.

3.   Hasil Pengamatan
a.    Minat Menyusun Silabus
Setelah dilakukan pembinaan akademik secara individu disertai pengamatan terhadap minat guru dalam menyusun silabus dengan lembar pengamatan minat menyusun silabus siklus 2, maka didapatkan hasil minat menyusun silabus yang tinggi. Ini lebih dikarenakan menyusun silabus menjadi tugas wajib guru sebelum mengajar. walaupun disamping mengajar mereka memiliki kesibukan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya namun mereka sadar akan tugas dan kewajiban sebagai guru. Sehingga apabila dibandingkan dengan data minat menyusun silabus yang diperoleh dari siklus 1 pada siklus 2 ini terdapat kenaikan, yaitu dari agak tinggi meningkat menjadi tinggi. Hal ini nampak setelah dilakukan pembinaan akademik guru-guru rajin mengerjakan pekerjaan menyusun silabus di sela-sela waktu mengajarnya, sebagaimana gambar-gambar berikut:
Gambar: 20
Guru sedang menyusun silabus dengan computer/laptop

b.   Kemampuan Menyusun Silabus
Setelah dilakukan test tertulis menyusun silabus kemudian dilakukan penilaian terhadap silabus yang disusun oleh guru dengan menggunakan lembar penilaian silabus pada siklus 2, maka didapatkan nilai antara 52 sampai dengan 83. Nilai tersebut apabila disajikan dalam 3 kategori yaitu kemampuan tertinggi, kemampuan terendah dan kemampuan rerata akan tamapak sebagaimana tabel berikut:
Tabel: 8
Tabel Hasil Penilaian Kemampuan Menyusun Silabus Siklus 2
No.
Kemampuan
Skore Kemampuan
1.
Kemampuan tertinggi
83
2.
Kemampuan terendah
52
3.
Kemampuan rerata
72
Dari tabel di atas beberapa guru memiliki antara kemampuan 52 sampai dengan 83, dengan nilai rerata 72. Jika disajikan dalam bentuk diagram perolehan nilai kemampuan menyusun silabus menjadi seperti berikut:
Gambar: 21
Diagram Hasil Kemampuan Menyusun Silabus Siklus 2

Sedangkan apabila dibuat dalam bentuk nilai interval, hasil kemampuan menyusun silabus pada siklus 2 ini terlihat seperti tabel berikut:
Tabel: 9
Tabel Hasil Penilaian Kemampuan Menyusun Silabus Siklus 2
No.
Interval Nilai Kemampuan
Frekwensi Nilai Kemampuan
1.
40 – 49
0
2.
50 – 59
3
3.
60 – 69
4
4.
70 – 79
16
5.
80 – 89
4

Apabila dibuat diagram, maka tabel tersebut menjadi seperti di bawah ini.
Gambar: 22
Diagram Hasil Penilaian Kemampuan Menyusun Silabus Siklus 2

Dari diagram di atas terjadi penambahan 1 batang yaitu interval nilai 80 sampai dengan 89. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menyusun silabus yang berada pada interval 80 sampai dengan 89.

4.   Refleksi
a.    Minat Menyusun Silabus
Setelah data minat menyusun silabus siklus 1 dan siklus 2 dipaparkan  pada bagian hasil pengamatan di atas, maka kegiatan berikutnya adalah  data tersebut direfleksi dengan cara sebagai berikut:










Tabel: 10
Refleksi Data Minat Menyusun Silabus Siklus 1 dan Siklus 2

No.
Siklus 1
Siklus 2
Refleksi
1
minat guru dalam menyusun silabus  setelah dilakukan pembinaan akademik secara klasikal, agak tinggi.
minat guru dalam menyusun silabus  setelah dilakukan pembinaan akademik secara klasikal, tinggi.
Melalui pembinaan akademik dapat meningkatkan minat guru dalam menyusun silabus dari siklus 1 ke siklus 2 meningkat dari agak tinggi menjadi tinggi.

Setalah dilakukan pembinaan akademik pada siklus 1, minat guru dalam menyusun silabus agak tinggi. Setelah dilakukan pembinaan akademik pada siklus 2, ada peningkatan minat guru dalam menyusun silabus dari agak tinggi ke tinggi, maka dapat disimpulkan melalui pembinaan akademik dapat meningkatkan minat menyusun silabus dari agak tinggi ke tinggi.

b.   Kemampuan Menyusun Silabus
Adapun refleksi terhadap data kemampuan menyusun silabus siklus 1 dan siklus 2 dilakukan sebagai berikut:











Tabel: 11
Refleksi Data Kemampuan Menyusun Silabus Siklus 1 dan Siklus 2

No.
Siklus 1
Siklus 2
Refleksi
1
kemampuan menyusun silabus  setelah dilakukan pembinaan akademik:
Nilai terendah 52
Nilai tertinggi 79
Nilai rerata 68
kemampuan menyusun silabus  setelah dilakukan pembinaan akademik:
Nilai terendah 52
Nilai tertinggi 83
Nilai rerata 72
Diskriptif –komparatif : kemampuan menyusun silabus: nilai terendah meningkat 0  persen dari 52 menjadi 52, nilai tertinggi meningkat 4 persen dari 79 menjadi 83, dan nilai rerata meningkat 4 persen dari 68 menjadi 72.
Refleksi: Melalui pembinaan akademik dapat meningkatkan kemampuan menyusun silabus dari siklus 1 ke siklus 2, nilai terendah meningkat sebesar 0  persen dari 52 menjadi 52, nilai tertinggi meningkat 4 persen dari 79 menjadi 83, dan nilai rerata meningkat 4 persen dari 68 menjadi 72.

Pada siklus 1 setelah dilakukan pembinaan akademik, kemampuan guru menyusun silabus, nilai terendah 52, nilai tertinggi 79, dan nilai rerata 68. Setelah dilakukan pembinaan akademik pada siklus 2 didapatkan nilai kemampuan  guru menyusun silabus, nilai terendah menjad 52, nilai tertinggi menjadi 83 dan nilai rerata menjadi 72. Dari data tersebut maka setelah dilakukan pembinaan akademik pada siklus 2 ada peningkatan kemampuan  menyusun silabus dari  nilai terendah 52 meningkat 0 persen menjadi 52, dari nilai tertinggi 79 menngkat 4 persen menjadi 83, dan dari nilai rerata 68 meningkat 4 persen menjadi 72. Maka dapat disimpulkan melalui pembinaan akademik dapat meningkatkan kemampuan menyusun silabus nilai terendah 52 menjadi 52, dari nilai tertinggi 79 menjadi 83, dan dari nilai rerata 68 menjadi 72.

D. Pembahasan / Diskusi
Dalam pembahasan ini akan disajikan sesuai dengan hipotesa tindakan yang peneliti ajukan, sebagai berikut:
1.   Melalui pembinaan akademik  dapat meningkatkan minat menyusun silabus bagi guru SMA Al-Muayyad Surakarta pada semester 1 tahun 2011/2012. Pembahasan berkaitan dengan hipotesa tindakan tersebut, sebagai berikut:













Tabel: 12
Data Minat Menyusun Silabus Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2

No.
Kondisi Awal
Siklus 1
Siklus 2/ Kondisi Akhir
Refleksi dari Kondisi Awal ke Kondisi Akhir

minat guru dalam menyusun silabus  rendah.
minat guru dalam menyusun silabus  agak tinggi.
minat guru dalam menyusun silabus  tinggi.
Diskriptif –komparatif :
minat guru dalam menyusun silabus meningkat dari rendah ke tinggi.
Refleksi: Melalui pembinaan akademik dapat meningkatkan minat guru dalam menyusun silabus dari kondisi awal ke kondisi akhir meningkat dari rendah menjadi tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar